Sabtu, 17 Agustus 2013

Our Happiness | Super Junior FF | Oneshot

Romance | Our happiness | Super Junior | 1s  |
 Tittle : Our Hapiness
 Author : mingprayed on twitter
 Cast : Lee SungMin, Shim EunWook a.k.a You
 Rated : T
 Length : oneshoot
 Genre : Little romance
 Summary : Saat kita tidak saling bersama, semua akan selalu baik karena cinta yang mengiringi






Pagi hari di sebuah Dorm Boyband terkenal se Asia bahkan mencapai ketenaran hingga ke seluruh dunia. Sebut saja mereka Super Junior.

Seorang namja dengan kemampuan martial artnya sedang menatap pantulan dirinya di depan kaca besar yang terpasang di sudut kamarnya bersama namja evil yang sedari tadi sibuk memanjakan diri dengan kekasih hitamnya (PSP). Namun diabaikannya magnae itu demi memberikan penampilan terbaik untuk seseorang, dengan begitu dirinya harus tetap fokus menghadap kaca.

"Kau akan menemuinya, hyung?" Tanya Kyuhyun tanpa menatap sang hyung, begitu pula sebaliknya.

"Ne, aku sudah merindukannya. Sangat sangat merindukannya." Ucap Sungmin berbinar, matanya berkilat menampakkan kilasan kebahagiaan yang lama tidak ia temukan lagi.


Setelah cukup dengan segala persiapan yang akan Sungmin berikan pada sang kekasih, ya kekasih. Sungmin bersiap melaju menuju kediaman seseorang itu. Matanya menatap bahagia pada setiap objek yang berada di hadapannya, apapun itu. Dia terlalu bahagia pada pagi ini. Karena tidak lama lagi, ia akan menemui sang puajaan hati.

Dengan balutan jas warna hitam, dan celana jeans sebagai bawahannya. Sengaja ia buat penampilan kali ini terlihat lebih formal, itu karena akan ada sesuatu yang Sungmin persiapkan untuk sang kekasih.



......



Tok..tokk..tokk...

"Ne, aku datang." Sahut seseorang dari dalam.

Cklek..

Grep..

"Eh.? O-oppa..?" Eunwook terkaget begitu tubuhnya ditarik dalam dekapan seorang namja yang sangat dikenalnya. Namun perlahan rasa kaget itu sirna, berganti rasa bahagia yang tidak kalah seperti sang namja.

"Bogoshipo, neomu bogoshipo Eunwook-ya." Sungmin makin mempererat pelukannya pada tubuh Eunwook sembari membisikkan kalimat kalimat sederhana tetapi mampu membuat air muka Eunwook berubah memanas.

"Nado bogoshipo oppa. Bagaimana kau bisa kemari, eum.?" Tanya Eunwook setelah pelukan pada tubuhnya makin melonggar, dan akhirnya terlepas.

"Aku sedang tidak ada jadwal. Karena terlalu senang akan bertemu denganmu, aku jadi tidak sempat mengabari. Mian ne." Lagi, Sungmin kembali mencetak semburat merah samar di pipi putih Eunwook.
Eunwook memukul pelan lengan Sungmin, "Bermaksud mengejutkanku, eoh?" Tebak Eunwook, Sungmin hanya menggeleng dengan senyumnya kemudian kembali memeluk Eunwook lebih dalam. Eunwook hanya tersenyum maklum sambil menikmati betapa hangatnya pelukan yang sangat ia rindukan ini. Mereka terdiam, menikmati setiap detik kehangatan yang tersampaikan melalui sebuah pelukan sederhana namun begitu memabukkan.

"Eunwook-ah aku ingin bertanya sesuatu." Bisik Sungmin yakin. Masih dalam posisi yang sama.

"Mwo?"

"Apa kau mencintaiku?" Tanya Sungmin, sedari dulu dia selalu mengkhawatirkan hubungan mereka. Karena terlalu banyak waktu yang menjadi batas pertemuan mereka. Sungmin bukanlah orang seperti kebanyakan, semua orang tentu mengetahuinya sebagai salah satu personel Super Junior yang penuh kesibukan disana sini. Tentu itu membuat Sungmin berfikir lebih mengenai hubungannya dan Eunwook, jarang terjadi pertemuan, berkencanpun hanya beberapa kali. Sungmin hanya takut jika Eunwooknya akan bosan dengan hubungan yang seperti ini.

"Kenapa bertanya seperti itu? Tentu aku mencintaimu, apa yang kau ragukan?" Tak ada kalimat lain yang tersampaikan. Karena dalam kenyataannya mereka saling mencintai dan cinta itu semakin kuat meski tak ada kencan, pertemuan, dan sedikit komunikasi. Tetapi hati mereka tetap sama sebagaimana awal cinta itu terjalin.

"Aku, aku hanya takut kau akan bosan padaku." Balas Sungmin masih di posisi mereka sebelumnya. Menyalurkan kehangatan lewat pelukan.
Eunwook tertegun, dia menggeleng lemah kemudian melepaskan pelukan itu dengan perlahan. Hatinya miris mendengar pernyataan Sungmin barusan.

Kini mereka saling bertatap penuh keyakinan, degup jantung yang tak beraturan. Juga rona pada pipi Eunwook karena jarak wajah mereka yang begitu dekat.

Sungmin menangkup pipi Eunwook dan menangkup lembut pipi Eunwook yang memerah.


"Kau tidak bisa membalas ucapanku?" Eunwook tersenyum manis, lalu menggenggam pergelangan tangan Sungmin dan mengajaknya masuk ke dalam apartemen miliknya yang sepi.

Eunwook memutar badannya menghadap Sungmin begitu mereka sudah dalam ruangan di depan televisi apartemen Eunwook.

"Aku punya banyak sekali jawaban. Pertama, aku tidak akan bosan sekalipun kau tidak pernah mengajakku berkencan. Kedua, aku itu mencintaimu. Aku akan menghadapi semua dengan hatiku, melihat sesuatu dengan berfikir positif. Kesibukanmu bisa kumaklumi kok. Dan yang ketiga, aku bersedia tidak kau kencani selama kau masih bisa menggenggamku seperti ini." Eunwook menautkan jemarinya pada sela-sela jemari Sungmin. Dan dengan senang hati Sungmin menerimanya. Sungmin mengerti dan tak seharusnya berfikir buruk mengenai masalah dalam hubungannya yang jelas-jelas itu hanya kesalah pahaman belaka yang ia buat sendiri.

"Gomawo Eunwook-ah. Mianhae aku telah berfikir lain tentang perasaanmu. Tapi sekarang aku mengerti, kau dan aku akan selalu bersama meskipun waktu tidak memberi waktu pada kita untuk bersama." Mereka tersenyum, senyum yang begitu menenangkan bagi siapapun yang melihatnya.


.......



Sekarang 2 insan tersebut sedang bercengkrama menikmati langit pagi yang jernih di balkon apartemen Eunwook. Keduanya tak bersuara, hanya menatap lurus bentangan langit yang mempesona pagi itu. Sungmin yang tidak terlalu menyukai suasana sedikit ehhmm canggung seperti ini mencoba membuat topik pembicaran.

"Sudah lama sekali kita tidak duduk berdua. Aku benar-benar menikmati untuk kali ini." Sungmin tertawa hambar,

"Ne, begitupun denganku oppa. Aku sampai lupa kapan terakhir kita bisa bersama." Dipegangnya erat jemarinya yang kurus, mencoba menahan suatu gejolak aneh yang memberontak dalam hatinya. Semua begitu terasa.

Sungmin tertohok. Apa ini sebuah sindiran untuknya? Tapi tidak, Eunwook sudah bilang jika ia tidak harus khawatir akan apapun yang ia takutkan.
Sungmin melirik Eunwook, betapa ia merasa bersalah pada yeoja yang selalu menampakkan kepribadiannya yang kuat ini. Perlahan Sungmin menarik Eunwook agar terduduk dipangkuannya kemudian membiarkan Eunwook bersandar didadanya yang menyembunyikan debaran jantung begitu keras, dapat dirasakan oleh Eunwook jika sekarang Sungmin tengah memeluk perut ratanya dengan sangat posesif. Apa ia takut kehilangan?
Eunwook terlonjak dan mencoba protes, namun hatinya berkata lain. Hatinya sangat menyukai diperlakukan seperti ini.

"Sssstt, jangan menyuruhku untuk melepaskan." Eunwook mengangguk sebagai jawaban. Entah Sungmin melihat atau tidak,  "Mianhae, saranghae."

"Nado saranghae, oppa."

Sungmin mengeratkan pelukan pada perut yeojanya, pipinya terus bergerak sehingga bergesekan dengan punggung Eunwook. Ingin sekali Eunwook menertawakan kekasih manjanya ini. Sesekali ia mengusap lembut tangan Sungmin yang melingkari perutnya sambil memejamkan mata. Menikmatinya, eh?

"Eunwook-ah." Panggil Sungmin.

"Hmm."

"Ayo kita menikah." Sontak Eunwook membelalakan matanya yang semula terpejam nyaman. Ini sebuah pernyataan yang ia tunggu dari mulut Sungmin. Benar, ia tidak mau munafik. Secepat mungkin ia ingin Sungmin menjadikannya miliknya seutuhnya.
Mata Eunwook berkaca-kaca, semoga Sungmin tidak main-main.

"Bagaimana?" Sungmin terus menagih jawaban dari Eunwook, dirinya tidak tahu jika seorang dalam pangkuannya sedang menangis bahagia.
Mendengar isakan halus dari Eunwook, Sungmin tersadar, mungkinkah ucapannya salah? Begitu yang terfikirkan oleh Sungmin.

"Apa aku salah bicara? Tapi jujur saja aku tidak main-main dengan pernyataanku tadi. Mungkin ini bisa disebut sebagai 'melamar' jadi mian andai yang kulakukan jauh dari kata romantis, aku tidak bisa melakukannya. Hanya ini Eunwook-ah. Would you marry me?" Dalam hati, Sungmin merutuki dirinya. Dia ingin mati saja andai Eunwook menolak lamarannya. Hubungan yang terjalin selama 4 tahun ini tidak memungkinkan Sungmin untuk menerima jawaban penolakan. Apalagi Eunwook sedari tadi menangis dan tak kunjung menjawab.

Kedua tangan Sungmin ia pakai untuk mengangkat tubuh Eunwook agar berdiri, kemudian is turut berdiri dan menghadapkan diri di depan Eunwook. Betapa terkejutnya melihat pipi lembab Eunwook dan bibir merahnya yang semakin merah. Sungmin yakin, Eunwook terus menggigiti bibirnya sedari tadi.

"Uljima, kau tidak harus menerimaku jika kau memang tidak bisa. Tapi..." Sungmin menjeda sebentar kalimatnya "Jangan menyuruhku untuk berhenti mencintaimu.." Kalimat Sungmin melirih di akhir kalimat, sesak. Begitu sesak mengatakannya.

Eunwook menggeleng kemudian menaruh sepasang lengannya di leher Sungmin.

"A-aku memang tidak bisa.."

DEG..

Hampir saja Sungmin jatuh saat itu juga.

"Aku memang tidak bisa untuk menolakmu." Sambung Eunwook. Bibirnya mengembang selebar mungkin melihat ekspresi lucu Sungmin menurutnya.

"Jinjja..? Kau menerimaku?" Agaknya Sungmin masih belum yakin.

"Ne ne. Aku Shim Eunwook merima lamaran Lee Sungmin. Namja yang paling aku cintai meski dia sangat jarang mengajakku kencan." Eunwook terkekeh dan dihadiahi pelukan tiba-tiba dari Sungmin.

"Menyebalkan. Kau hampir saja membuatku mati berdiri karena ucapanmu sebelumnya." Sungmin menghela nafas lega "Tapi tak apa, Gomawo ne. Jeongmal gomawoyo, aku berjanji tidak akan membuatmu menyesal hidup denganku." Tuturnya penuh percaya diri. Sedangkan Eunwook mencoba melepas pelukan meski hatinya sangat-sangat tidak rela.

"Cheonmaneyo, nae prince. Akan ku pegang janjimu." Ucapnya tersenyum memperlihatkan sedikit deretan gigi putihnya yang rapi. Sungmin hanya membalas dengan senyum pula.


Hampir saja lupa (authornya yg lupa), Sungmin merogoh saku sebelah kiri celananya. Mengeluarkan sebuah benda berukuran kecil berbentuk hati. Eunwook menangis lagi melihat benda dalam genggaman Sungmin. Bukan, bukan tangisan penderitaan. Melainkan tangis bahagia yang meluap luap, sehingga membuat Eunwook bingung untuk mengungkapkan dengan cara apa. Hanya menangis yang ia bisa.

"Ku mohon pakai ini ne. Aku ingin semua orang tahu bahwa kau sudah ada yang memiliki. Kau milikku." Suara yang terdengar tegas dan serius itu tidak membuat Eunwook untuk menolak. Dia hanya tersenyum ketika Sungmin mulai memasangkan cincin berlapis emas putih dengan berlian kecil namun mewah di salah satu jemarinya. Sama halnya dengan Eunwook, di jemari Sungmin kini juga terpasang cincin seperti milik Eunwook, hanya berliannya tidak begitu terlihat.

"Kau suka?" Tanya Sungmin.

"Sangat, ini indah. Gomawo oppa." Eunwook menghapus kasar air matanya lalu memeluk Sungmin. Entah sudah keberapa kalinya mereka berpelukan.


Sungmin mengangkat wajah Eunwook, menyelami ke dalam mata bulat Eunwook yang mengkilat seperti berlian. Perlahan wajahnya mendekat dan semakin mengunci penglihatan Eunwook dari objek lain kecuali dirinya.
Menyadari gerak gerik Sungmin, Eunwook memejamkan matanya dengan wajah memerah penuh. Dan tak lama setelah itu, benda kenyal menempel pada bibirnya. Lumatan kecilpun mulai terasa, memacu debar jantung Eunwook. Mereka larut dalam ciuman itu, burung-burung bersuara seolah bersorak senang melihat pasangan dalam lingkar kebahagiaan ini.



......






"Pernikahan aktor ternama Lee Sungmin personel Super Junior ini berjalan begitu mewah, dengan nuansa putih pink yang menawan. Dan terlihat sang mempelai wanita Shim Eunwook yang begitu anggun dengan gaun soft pink sangat cocok jika bersanding dengan Lee Sungmin." Beberapa acara televisi Korea meliput peristiwa sakral tersebut untuk mereka abadikan. Terlihat seluruh member Super Junior datang dengan kekasih mereka, dan beberapa ELF yang beruntung bisa menghadari pernikahan Sungmin.


"Saranghae Shim Eunwook."

"Nado saranghae, Lee Sungmin."


CHU~






END


akhir kata~~ mind to comment??? ^^a

Jumat, 16 Agustus 2013

When Can't Sleep | Oneshoot | Super Junior

Romance | When Can't Sleep | Super Junior | 1s


Tittle : When Can't Sleep

Author : mingprayed on twitter

Cast : Lee Sungmin, Park Seun Yol a.k.a You

Rated : T

Lenght : oneshoot

Genre : Silahkan readers tentukan sendiri ///////dihajar

Summary : Indah, sangat indah (gaje lagi =_=)

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

00.25


"Eeungh," Sungmin melenguh kecil untuk sesekali merenggangkan otot tubuhnya. Ini masih tengah malam, tetapi jendela balkon apartemennya terbuka. Tanpa mencari taupun Sungmin sudah mengerti siapa pelakunya

Kakinya perlahan menghampiri sesuatu yang sedari tadi menggerayangi pikirannya.

"Kau belum tidur, hm." Seun Yol terjengit kaget saat pinggang kurusnya direngkuh oleh sepasang lengan milik suaminya. Back hug.

"Aku sama sekali tidak mengantuk, huh." Seun Yol mengerucutkan bibirnya imut, sedang Sungmin hanya mencubit gemas pipi sang istri. Dagunya bertengger manis di bahu Seun Yol. Seperti ini malam yang begitu langka bagi keduanya.

"Apa kau tidak lelah, chagi?"

"Sedikit." Keduanya menghela nafas, Sungmin menuntun tubuh Seun Yol agar terduduk dilantai balkon yang sengaja diberi karpet berwarna biru kesukaan Seun Yol agar mereka tidak kedinginan saat bersantai disana. Seun Yol memposisikan  duduknya menyandar di dada Sungmin, dan menyamankan diri.

"Bagaimana lukamu? Apa masih terasa sakit." Sungmin menyentuh dengan lembut pergelangan tangan kiri Seun Yol yang terbalut perban. Merasa sedikit bersalah, karena mungkin ini salah satu kelalaiannya yang tidak bisa menjaga Seun Yol dengan baik. Sehingga menyebabkan istrinya ini terjerembab diantara ribuan fans Super Junior yang siap menonton konser mereka.

"Tak apa, ini kan luka kecil, oppa. Lagi pula rasa sakitku terbayar setelah melihat konser kalian yang ternyata tetap berkesan untukku. Walaupun salah satu dari kalian bahkan menjadi suamiku." Seun Yol mendongak menatap kearah Sungmin, tersenyum jahil pada suaminya. Sungminpun terkekeh, yang dikatakan sang istri membuatnya kagum. Jiwa ELF seorang Seun Yol selalu tersimpan dalam dirinya. Meski kapanpun ia bisa saja bertemu langsung dengan Super Junior.


"Istriku ternyata kuat eoh." Berganti Sungmin yang menggoda Seun Yol. "-ehmm, gomawo ne." Dikecupnya pucuk kepala Seun Yol dengan sayang. Aroma wangi rambut Seun Yol selalu menguarkan bau vanilla yang membuat Sungmin semakin gemas.

"Terima kasih untuk apa oppa. Kau mulai bersikap aneh lagi. Apa hanya padaku saja kau bersikap seperti ini." Suasana mulai menghangat.

"Gomawo atas perasaanmu yang sangat kuat terhadap Super Junior, aku tidak mengira kalau kau akan memberi perasaan sedalam itu pada kami. Ku fikir setelah kujadikan istri, kau akan bosan melihat ahjussi itu setiap hari." Huh. Jika saja Seun Yol berulang tahun hari ini, ingin sekali ia meminta pada Tuhan untuk diberikan izin menghajar suaminya habis-habisan karena begitu mudahnya Sungmin merendahkan perasaannya.

"Ani...ani, kau kira 7 tahun itu mudah untuk melupakan kalian begitu saja. Cihh, kau itu merendahkan perasaanku ya." Geram Seun Yol tak terima. Tangan Sungmin yang sedari tadi melingkari perutnya, ia lepaskan dengan kasar. Tangan Seun Yol pun terlipat di depan dada, membuktikan bahwa kemarahannya kali ini tidak main-main.

"E-eh. B-bukan begitu maksudku chagiya. Sungguh." Sungmin yang kalap dibuat bingung istrinya sendiri. Sejujurnya bukan bermaksud juga Sungmin bicara seperti tadi.

"Ayolah, kenapa kau jadi sensitive chagiya. Sedang ada tamu bulanan, ne." Tanya Sungmin tanpa dosa dengan raut muka polos pula. Otomatis Seun Yol yang mendengarnya jadi berblushing ria. Tidak menyangka kalau Sungmin sama sekali tidak peka terhadap perasaannya.


"Salahkan dirimu yang tidak peka, menyebalkan." Seun Yol menggapai pembatas balkon untuk membantunya berdiri. Bermaksud jauh-jauh dari Sungmin rupanya.
Dan detik selanjutnya Sungmin ikut berdiri kemudian memposisikan dirinya di sebelah kanan Seun Yol. Tangannya yang menganggur dipakainya untuk mengangkat dagu Seun Yol yang menunduk, agar ia dapat melihat mata berkilau milik sang istri yang kelihatannya tidak berbinar seperti biasa karena moodnya telah di rusak oleh suami dia sendiri.

"Chagiya, kau tau." Sungmin menjeda kalimatnya,.sekali lagi menatap penuh kedua bulatan iris milik Seun Yol "-aku cemburu jika saja perasaanmu masih ada untuk Super Junior. Dengan begitu kau juga mencintai mereka bukan? Kau mau membagi cintamu untuk orang lain. Lalu bagaimana dengan suamimu ini."  Lirih Sungmin manja namun terlihat bersungguh-sungguh. Setelah memberanikan diri, akhirnya Seun Yol membalas tatapan Sungmin yang terkesan menggetarkan itu.
Tak ada jawaban.
Seun Yol masih saja mempoutkan bibirnya mendengar Sungmin bicara seperti itu.

"Kau tidak tau sih, begitu sulitnya mempertahankan orang lain yang juga membutuhkan cintaku, kemudian aku harus membaginya. Tapi untukmu, aku tidak pernah membaginya. Aku memberikan semua hatiku bahkan diriku hanya untukMU." Entah perasaannya saat ini seperti apa, yang jelas. Satu hal yang ingin ia lakukan...menangis..

"Hiks...kau ternyata hiks...belum bisa mengerti aku...hiks.." Mata itu mulai membasah, lelehan air yang nampaknya hangat. Meluncur bebas hingga jatuh di tangan Sungmin yang sedang memegangi dagu Seun Yol.

"Aigoo, jangan menangis, jebal. Aku tidak bisa jika harus melihatmu seperti ini chagiya. Sssstt, mianhae. Jeongmal mianhae." Tangannya menghapus tiap air mata yang jatuh di sudut mata Seun Yol.


"Mianhae ne." Direngkuhnya tubuh rapuh sang istri yang bergetar melawan tangis. Tak apa bila untuk mendapat maaf dari Seun Yol dia harus beribu-ribu kali mengucapkan kata 'maaf'.

"Mianhae mianhae mianhae mianhae mianhae...mi"

"Sssstt." Potong Seun Yol ketika pelukan itu dilepas secara sepihak oleh Seun Yol. "Sudah puas bicaramu?"

"Eh?"

"Hahhh." Sang istri menghela nafas berat "sudah kumaafkan, arraseo." Berbeda dengan sebelumnya, sekarang mood Seun Yol sudah kembali eoh?

"Oppa?"


Sungmin kebingungan sendiri, namun tetap menjawab panggilan istrinya.

"Hnnmm."

"Aku kedinginan, ayo masuk."

Ya, Sungmin tau satu hal yang sering terjadi pada istrinya. Sebesar apapun ia marah pada Sungmin, ketika mendengar Sungmin meminta maaf maka secepatnya ia akan memaafkan. Walau kadang Sungmin sedikit memprotes sikap pemaaf Seun Yol, aneh. Tapi itulah yang Sungmin ingin lakukan.

"Kau dingin sayang? Baiklah ayo masuk,"

Saat akan menggandeng tangan Seun Yol tiba-tiba saja-


Tekkk


"Kyaaaa." Suara jeritanlah yang terdengar.

"Ckk, listrik padam." Mati lampu rupanya pemirsah -_-


Memang pada dasarnya kebanyakan yeoja takut pada kegelapan, tak terkecuali Seun Yol. Reflek tangannya mencengkram erat pakaian Sungmin.

"Tenanglah ada aku chagiya." Meski gelap, sama sekali tidak membuat Sungmin buta akan keberadaan istrinya yang ketakutan dibelakang badannya.

"Kemarilah, aku akan menggenggam tanganmu. Kemari." Perintah Sungmin lagi. Dan yang diperintahpun hanya menurut, tidak ada alasan untuk menolak disaat suasana mengerikan -menurut Seun Yol- seperti ini.

"Oppa, aku takut." Ucap Seun Yol, wajahnya ia sembunyikan di dada Sungmin entah sejak kapan.


"Sssstt, aku melindungimu disini chagiya. Tak usah takut ne, lebih baik kita segera masuk. Okey.."

Seun Yol mengangguk. Entah lupa, atau karena saking takutnya sampai membuatnya tidak sadar kalau gerakannya saat ini tidak mungkin terlihat oleh Sungmin.
.
.
.
.
.
.
.

02.35

"Kenapa belum menyala juga? Aku jadi semakin tidak bisa tidur uuhh." Omel Seun Yol sambil terus memeluk Sungmin.
Tadi marah, sekarang merajuk. Itu membuat Sungmin terkekeh dan makin mengeratkan pelukannya. Saling memberi kehangatan.

"Coba sekarang kau pejamkan matamu chagi. Dan beri tau apa yang kau lihat."

"G-gelap." Jawab Seun Yol ragu.

"Lalu, sekarang bukankah sama saja seperti saat kau memejamkan mata. Kenapa tidak menganggap ini adalah dunia mimpimu. Dan ketika nanti kau terbangun, semua akan kembali terang." Jelas Sungmin senang.

"Tetap tidak bisa. Kenapa tidak nyalakan saja lilinnya, oppa." Rajukan itu kembali meluncur pada bibir Seun Yol.

"Itupun kalau kita masih punya. Lagi pula, beginipun tidak buruk kan?" Sungmin tersenyum aneh, yah ini bisa saja disebut seringaian namun gagal. Dan sial Seun Yol tidak dapat melihatnya.

"Yaa, apa yang kau lakukan." Seun  Yol sontak terbangun dari posisi tidurnya ketika merasakan sesuatu meraba tubuh bagian belakangnya. Dan kita tau siapa si pelaku. Siapa lagi kalau bukan seorang Lee Sungmin yang sedang dalam mode ON.

"Memangnya kenapa jika aku menyentuh ISTRIKU? Itukan hakku." Ucap Sungmin penuh penekanan. Sedangkan Seun Yol merona begitu saja. Beruntung tidak ada penerangan di ruangan ini karena listrik masih saja mati. Sehingga tidak perlu orang lain melihat rona dipipinya.


"T-tapi kan.."
"Aniya, kau pasti mau menolakku lagi. Seperti hari-hari sebelumnya."

Seperti yang kalian tau pasangan Lee Sungmin dan Park Seun Yol...ralat Lee Seun Yol, mereka adalah sepasang SUAMI ISTRI. Dan kehidupan ini sudah berjalan kurang lebih 2 bulan. Tapi selama itu pula, Sungmin belum bisa memiliki Seun Yol seutuhnya, penyebabnya karena Seun Yol sendiri belum siap untuk di sentuh o.O

Baiklah, mari kita kembali pada dua makhluk yang sibuk berdebat beberapa detik yang lalu.

"Tapi ini sudah sangat larut. Makannya lihat waktu dulu dong." Elak Seun Yol. Ada rasa sedikit tak enak juga ketika harus menolak Sungmin terus-menerus. Padahal sesuatu yang ia tolak sudah seharusnya menjadi suatu kewajiban yang perlu ia lakukan juga. Namun sesuatu yang dipaksakan juga tidak terlalu bagus kan? Jadi, siapa yang bersalah diantara keduanya? *author mikir

"Tck." Sungmin berdecak malas. Selalu saja...

'Apa dia marah?' Batin Seun Yol. Bagaimanapun ini masih dalam keadaan listrik padam, melihat tubuhnya sendiripun sangat mustahil. Apalagi melihat keadaan suaminya.

Dengan segala keberanian yang susah payah ia kumpulkan. Akhirnya Seun Yol menghampiri Sungmin ragu-ragu. Dirabanya apapun yang berada di atas ranjang, bukan apa-apa. Ia hanya ingin tau posisi Sungmin.

"Oppa." Panggil Seun Yol lirih, ia tidak berfikir suaminya sudah tidur. Karena ia yakin, sepasang mata itu kini tengah terbuka lebar. Hanya pemiliknya -Sungmin- mungkin masih dilingkupi perasaan kesal, seolah bersuara adalah beban bagi Sungmin.

"Aku tau kau belum tertidur. Jadi aku minta untuk menjawabku, ne." Seun Yol menemukan dimana Sungmin berbaring, kemudian dengan manjanya ia menaruh dagunya pada satu lengan atas Sungmin yang terbuka karena Sungmin sendiri terbaring dalam posisi miring.

"Baiklah, ku anggap kau sudah tidur. Jaljayo, yeobo." Seun Yol mengecup pelipis Sungmin, hanya itu yang tergapai oleh bibirnya.

Sungmin menyeringai, Seun Yol mengira Sungmin tertidur, itu salah besar. Sebuah ide jahil muncul dalam otak Sungmin,
Secara mendadak Sungmin membalik tubuhnya, mengira-ngira letak perut Seun Yol. Siapa tau? Ternyata ilmu mengiranya tidak salah.


"Hmmpt, hhahhahahaha hentikan...hahaha..oppa, geli...hentikan..hahhaha." Seun Yol menggeliat tak nyaman karena menahan geli yang teramat sangat ketika Sungmin melancarkan ide jahilnya untuk menggelitik Seun Yol, dan itu ia lakukan tanpa ampun.

"Hhahaha..huks..oppa, geli...haha geli." Setitik air mata turun dari sudut hazel milik Seun Yol, menangis? Tidak. Rasa geli inilah yang memancing keluarnya cairan bening tersebut.
Sungmin ikut tertawa mendengar kekehan Seun Yol. Semakin lama, pergerakan Seun Yol nampak tak beraturan. Badannya meliuk-liuk aneh, kakinya menendang-nendang udara hampa.

Bughhh~

"Eh?" Seun Yol mengernyit bingung, apa suaminya sudah lelah sehingga berhenti secara mendadak.

"Awww, a-ah sakit..sshh." Sungmin mendesis...kesakitan. Itulah suara yang berhasil tertangkap pendengaran Seun Yol.

"Se-seun Yolie," panggil Sungmin lengkap lirihan deritanya.

"Oppa, gwaenchanayo." Panik. Seun Yol meraba punggung Sungmin dengan lembut. Dia berfikir keras terhadap sesuatu yang terjadi pada suami tercintanya.

"Kau.....menendang...eughh..mi.."

"Kyaaaaa, aku mengerti sekarang." Seun Yol kalang kabut, sibuk mengelus-elus punggung Sungmin dengan cepat. Seiring dengan detak jantungnya yang beradu. "-mianhae oppa, aku tidak sengaja. Habisnya kau sendiri jahil padaku. Itulah akibatnya." Bukannya menolong. Malah sebuah peringatan tak berarti yang keluar dari bibir Seun Yol.

"Bagaimana bisa kau menyalahkanku." Bantah Sungmin ketika sakit itu sudah tidak separah tadi. Keduanya kembali beradu tak jelas, suasana hening berubah pecah seketika saat kedua makhluk dalam satu ranjang itu saling beragumen.

"Kau harus tanggung jawab chagi."

"Shireo,"

Tekkk

Listrik menyala. Sejenak rasa senang melingkupi perasaan Seun Yol. Namun tidak, saat dilihatnya entah sejak kapan Sungmin sudah berada diatas tubuhnya.

"Ingat, kau harus tanggung jawab." Seringaian yang mirip dengan milik Kyuhyun kini terpatri di bibir namja berambut blonde di atasnya.

"Huwaaa, ANDWAEE.." jerit Seun Yol histeris.
.
.
.
.
.
.




END



Finally, paling seneng dah author bikin ending yang menggantung -'_'-. Tapi reader sudah harus punya gambaran sendiri apa yang terjadi sama mereka ^^v selanjutnya.

Akhir kata.

Mind to coment?

Kamis, 04 Juli 2013

FF | Oneshoot | Love You Forever | Super Junior

Tittle : Love You Forever
Author : Song Woo Ri
Cast : Lee Donghae, Shin Hyu Ra (OC)
Genre : Family, Romance
Leght : oneshot
Note : fanfiction ala song woo ri terbit lagi!!! Jangan bosen baca karya fenomenal ini. NO BASHING, NO PLAGIAT. Jangan lupa follow twitt ku di @SJDhita1205. Lee Donghae milikku seorang!!! Okeh, HAPPY  READING^^
.
.
.
.
LOVE YOU FOREVER

Inilah yang kurasakan, selaalu bahagia semenjak aku bertemu dengan namja tampan yang sekarang ku panggil Lee Donghae oppa ini. Saat itu, mungkin 9 tahun yang lalu aku pergi dengan orang tuaku tapi entah aku bisa terpisah dengan mereka. Saat hujan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sendiri. Hanya menagis dan menggigil kedinginan.
#Flashback#
“Appa, eomma” panggilku sembari masih menangis dan diam disudut sebuah toko.
“yeoja manis, apa yang kau lakukan disini?” tanya namja berumur 13 tahun itu.
“aku terpisah dengan appa eommaku. Tolong aku.?
“apa kau tau alamat rumah mu?”
“ani.” Jawabku menggeleng ringan
“lalu nama orang tuamu atau nomor telepon mereka.” Aku hanya mampu menggeleng.
“kalau begini aku tidak bisa menemukan orang tuamu. Kau mau tinggal denganku?”
“emm.”
“jangan takut, aku orang baik dan aku tinggal sendiri sangat menyenangkan kalau kau mau tinggal bersamaku.” Namja itu tersenyum tulus.
“ehmm, geuraeyo?” tanyaku ragu
“ne..”

Dan semenjak saat itu hidupku sangat bahagia memiliki oppa seperti dia. Hidup kami sangat sederhana tapi aku suka ini. Usianya masih 13 tahun tapi dia bisa menghidupiku sampai saat ini aku duduk di bangku SMA.
#Flashback End#

“apa kau senang Hyura-ya.?”
“tentu. Tapi apa oppa takut naik roller coaster.?”
“hah? Em, anio. Tentu saja tidak.”
“tapi kenapa oppa menolak tadi?”
“em, aku hanya sedikit pusing.”
“ahhaha, oppa pintar berakting.”
“geurayo. Oppa tidak berbohong Hyura-ya.”
“ne ne, arraseo oppa.”
 Oppa selalu membawaku jalan-jalan jika ada waktu. Opaa sangat baik padaku, aku sangat menyayanginya. Ohh, tidak bukan sayang tapi aku telah mencintainya.
Hal bodoh yang pernah kulakukan adalah mencintai oppaku sendiri, mianhae oppa.

*****
“baiklah, pelajaran hari ini selesai.” Sunggugh aku ingin cepat pulang, kepalaku sangat pusing dan tubuhku lemas.
“Hyura-ya.?” Tanya sahabatku khawatir
“ne?”
“apa kau baik-baik saja?”
“ne, gwaenchana.”
“kau sangat pucat.”
“aku baik-baik saja, hanya kelelahan. Aku pulang dulu, ne.”
“geurayo?”
“ne, annyeong..” pamitku padanya.

Kepalaku sangat berat, sampai-sampaiaku tidak mampu berjalan dengan tenagaku sekarang. Ada apa denganku? Aku harus ke Rumah Sakit.

In Housepital
“bagaimana uisanim?  Saya sakit apa?”
“tunggu, kau harus cek darah Hyura-ssi.”
“waeyo, apa sangat parah?”
“ani, hanya untuk memastikan kau sakit apa.”

Apa yang dokter maksud? Apa aku sakit parah? Kumohon jangan lakukan ini pada hidupku, kau oppa tidak bisa menerima keadaanku kalau aku benar-benar sakit.
“Hyura-ssi dimana keluargamu.”
“mwoya?”
“cek darah ini menunjukkan kalu kau mengidap penyakit kronis, kanker otak.” Lanjut dokter itu kemudian. Seperti ada sesuatu yang menusuk tubuhku, yang diucapkan dokter itu sungguh menyakitkan untukku.
“uisanim, itu salah kan?”
“anio, kau harus tetap semangat. Minum obat ini dan ajak keluargamu kemari ne, aku harus bicara banyak dengan mereka.”

Hidup ku sungguh tak beruntung. Kenapa harus aku? Menyebalkan. Kalau kubawa obat ini oppa bisa tau. Untuk apa aku minum obat, toh aku masih baik-baik saja. Tak ada gunanya kuminum obat ini, lebih baik kubuang.

*****
Oppa sedang sibuk dengan cara TV yang ditontonnya. Lihatlah, sangat tampan aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Kurasa waktuku tak lama lagi. Aku harus mengatakan semua kenyataan pahit ini. Kenyataan kalau aku menigdap kanker otak, sudah 1 bulan semenjak aku divonis dokter oppa belum juga tau.
“Hyura? Shin Hyura?” suara lembutnya menyadarkanku dari lamunanku. Wajahnya terdapat semburat ekspresi khawatir. Dan aku hanya tersenyum.
“waeyo? Kau sakit? Duduklah.”
“ne oppa.”
“apa kau tidak ada PR?” bagaimana aku tau? Semenjak penyakit ini menbuat tubuhku lemah, aku sering bolos sekolah.
“Hyura? Kau dengar aku?”
“hah? Anio oppa, aku tidak ada PR.”
“apa kau lapar?”
“anio, oppa aku ingin bicara.”
“bicaralah. Ohh, kau ingin dibelikan ponsel baru ne?”
“anio oppa, aku tidak ingin merepotkanmu lagi.”
“kau ini bicara apa? Lalu apa yang ingin kau bicarakan?”
“oppa,mianhae. Aku telah mencintaimu.”
“ahhahahaha, Hyura aku juga mencintaimu, hanya kau yang kupunya sekarang.”
“tidak, bukan sebagai sebagai oppa tapi sebagai namja.”
“Hyura jangan bercanda.” Ekspresinya berubah menjadi marah. Sebegitu lancangnyakah aku bicara ini oppa?
“aku tidak bercanda, aku serius.”
“sudahlah, kau ini mengantuk tidurlah.” Bentaknya lalu pergi ke kamar. Huft, aku tau aku salah mianhaeyo oppa. Aku tidak bermaksud menjadi dongsaeng yang seperti ini. Kepalaku, kenapa harus ada penyakit ini menyebalkan, sangat menyebalkan. Aku benci hidupku. Dan kini darah telah mengalir deras dihidungku. Aku harus segera kekamar sebelum oppa melihatnya dan sebelum tubuhku mulai kaku.

*****
DONGHAE P.O.V

Kuharap apa ang dikatakan Hyura semalam hanya bercanda. Aku tidak bisa jika harus seperti ini, sudah siang dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Apa dia sakit? Saat kubuka pintu kamarnya, apa yang Hyura lakukan?
“Hyura-ya. Ireona, jebal ireona.” Teriakku histeris. Tubuhnya dingin karna tidur dilantai dan hidungnya mengeluarkan banyak darah sampai bajunya ternodai. Langsung kubawa dia ke Rumah Sakit.
“jebal, kajima. Hyura-ya aku menyayangimu.”

*****
“mwo?” jantungku terasa berhenti berdetak saat mendengar yang dikatakan dokter.
“sekitar satu bulan yang lalu dia datang ke rumah sakit ini dan aku yang menanganinya. Apa dia tidak minum obatnya? Kankernya sudah menyebar dan saat ini sudah mencapai stadium akhir. Hidupnya mungkin kurang dari satu bulan lagi.”
“lalu apa yang harus dilakukan supaya hidupnya bisa lebih panjang lagi.”
“tidak ada, kemungkinan berhasil sangatlah kecil Donghae-ssi. Tapi jika ingin dicoba, aku akan melakukan kemoterapi tahap 1.”
“lakukan apapun yang bisa kau lakukan dok.”
“baiklah, kita tunggu kondisinya stabil dulu.”
Dengan langkah gontai aku berjalan menuju ruang tempat Hyura dirawat. Aku tak tega melihatnya tidur lemas diatas ranjang itu dengan selang infus yang menusuk kulit putihnya. Ku genggam tangannya dengan terus menangis berharap semuanya tidak menjadi lebih buruk. Perlahan aku merasakan jari nya bergerak lembut dalam genggamanku.
“eungghh, o-oppa.” Katanya lemas

DONGHAE P.O.V  END

HYURA P.O.V
Perlahan kubuka mataku, aku di rumah sakit. Pasti oppa sudah tau, mungkin persaannya sangat hancur dengan semua yang kulakukan saat ini. Sampai-sampai dia menangis dihadapanku seperti ini.
“oppa.” Aku tersenyum, meski senyum itu hanya untuk menyembunyikan segala kepedihanku saat ini.
Oppa masih belum menjawab hanya melihatku sambil menangis. Kucoba mengusap lelehan air matanya dengan sedikit tenaga yang kupunya.
“jangan menangis oppa, aku baik-baik saja.”
“Hyura jangan lakukan ini. Jangan menyukaiku dan jangan sakit. Jebal, andwae oppa.?
“mianhae oppa,”
“kenapa kau tak minum obatnya? Waeyo?”
“aku membuangnya oppa.”
“MWO? Wae? Kau tahu, kau sangat membutuhkannya....” oppa memelukku dengan hangatnya dan kami menangis bersama. Tuhan, aku ingin lebih lama dengan oppa. Jika ini hukuman untukku karna telah mencintainya. Aku tak akan mencintainya lagi, asal kau bisa terus hidup bersamanya Tuhan.

*****
Aku ingin hidup tetap terus berjalan seperti ini. Aku sudah berhasil hidup lebih lama dari yang dokter katakan. Obat-obatan semua aku konsumsi setiap hari demi oppa, kemotrapy yang sudah membuat rambutku habispun aku jalani. Aku inig hidup ebih lama dari ini, bahkan aku belum ingin pergi, tapi entah hari ini tubuhku sangat lemah. Aku rasa waktuku tak lama lagi.
“lihat Hyura, bunga ini indah bukan?” aku hanya tersenyum lemah.
“kau kenapa? Apa yang sakit?” lagi-lagi aku hanya tersenyum. Saat ini aku dan oppa sedang di taman rumah sakit. Entah aku ingin sekali berkunjung kemari. Walaupun oppa sudah menolak tapi aku tetap merengek seperti anak kecil. Tapi sekarang tubuhku kembali kaku, hanya terduduk di kursi roda.
“kita kembali ne.”
“andwae, aku ingin duduk disana.”sangat sulit untuk mengucapkankalimat itu.
“waeyo? Baiklah, sebentar saja ne.” Oppa menggendongku untuk memmindahkanku kekursi taman yang kutunjuk tadi. Kemudian oppa memekukku supaya tidak kedinginan. Tuhan, beri aku kekuatan untuk mengucapkan kata terakhirku, jebal.
“oppa gomawo untuk semuanya. Gomawo kau telah bekerja keras untuk hidupku. Tapi mianhae dengan semua yang kulakukan, sampai saat ini aku masih mencintai oppa...”
“Hyura apa yang kau katakan?”
“berjanjilah kau harus hidup bahagia dan sehat. Jangan sepertiku yang hanya bisa menyusahkanmu. Promise.” Ku angkat jari kelingkingku dengan tenaga yang Tuhan berikan di hari terakhir hidupku ini.
“jangan lakukan itu, kau membuatku takut.” Pelukan oppa semakin erat.
“aku lelah oppa. Aku ingin tidur.”
“tapi kau harus bangun ne.” Aku siap Tuhan jika harus pergi meninggalkannya sekarang. Ku tarik nafasku dalam-dalam, aku masih baik-baik saja sampai darah itu mengalir lagi lewat hidungku dan nafasku mulai memberat tiap detiknya. Hingga aku merasa melayang keluar dari tubuhku sendiri. Oppa masih memeluk tubuhku karna dia belum sadar akan kepergianku. Gwaenchana oppa, kuyakin kau akan bahagia. Saranghae oppa...
.
.
.
.
FIN
.
.
.
Annyeong, ini adalah FF titipan temen. Bagi yang lewat atau gak sengaja baca, mohon tinggalkan komentar ne. Karna 1 komentar itu sangat mempengaruhi kerja author yang lain. Kemungkinan ada 3 author di blog ini, yang ini FF karangan author Dhita. Sedang yang lain masih belum publish FF, soalnya masih liat-liat seberapa baik para reader yang mau kasih komentar. Hhohohho ^^
Jeongmal gomawo bagi yang mau komen, #hug and Kiss :*


Follow juga twitter Owner dari blog ini @youngsml0101 dan silahkan mention kalau mau tanya-tanya atau sekedar mau temenan sama author  wkkkwkwk :D