Romance | Our happiness | Super Junior | 1s |
Tittle : Our Hapiness
Author : mingprayed on twitter
Cast : Lee SungMin, Shim EunWook a.k.a You
Rated : T
Length : oneshoot
Genre : Little romance
Summary : Saat kita tidak saling bersama, semua akan selalu
baik karena cinta yang mengiringi
Pagi hari di sebuah Dorm Boyband terkenal se Asia bahkan
mencapai ketenaran hingga ke seluruh dunia. Sebut saja mereka Super Junior.
Seorang namja dengan kemampuan martial artnya sedang menatap
pantulan dirinya di depan kaca besar yang terpasang di sudut kamarnya bersama
namja evil yang sedari tadi sibuk memanjakan diri dengan kekasih hitamnya
(PSP). Namun diabaikannya magnae itu demi memberikan penampilan terbaik untuk
seseorang, dengan begitu dirinya harus tetap fokus menghadap kaca.
"Kau akan menemuinya, hyung?" Tanya Kyuhyun tanpa
menatap sang hyung, begitu pula sebaliknya.
"Ne, aku sudah merindukannya. Sangat sangat
merindukannya." Ucap Sungmin berbinar, matanya berkilat menampakkan
kilasan kebahagiaan yang lama tidak ia temukan lagi.
Setelah cukup dengan segala persiapan yang akan Sungmin
berikan pada sang kekasih, ya kekasih. Sungmin bersiap melaju menuju kediaman
seseorang itu. Matanya menatap bahagia pada setiap objek yang berada di
hadapannya, apapun itu. Dia terlalu bahagia pada pagi ini. Karena tidak lama
lagi, ia akan menemui sang puajaan hati.
Dengan balutan jas warna hitam, dan celana jeans sebagai
bawahannya. Sengaja ia buat penampilan kali ini terlihat lebih formal, itu
karena akan ada sesuatu yang Sungmin persiapkan untuk sang kekasih.
......
Tok..tokk..tokk...
"Ne, aku datang." Sahut seseorang dari dalam.
Cklek..
Grep..
"Eh.? O-oppa..?" Eunwook terkaget begitu tubuhnya
ditarik dalam dekapan seorang namja yang sangat dikenalnya. Namun perlahan rasa
kaget itu sirna, berganti rasa bahagia yang tidak kalah seperti sang namja.
"Bogoshipo, neomu bogoshipo Eunwook-ya." Sungmin
makin mempererat pelukannya pada tubuh Eunwook sembari membisikkan kalimat
kalimat sederhana tetapi mampu membuat air muka Eunwook berubah memanas.
"Nado bogoshipo oppa. Bagaimana kau bisa kemari,
eum.?" Tanya Eunwook setelah pelukan pada tubuhnya makin melonggar, dan
akhirnya terlepas.
"Aku sedang tidak ada jadwal. Karena terlalu senang
akan bertemu denganmu, aku jadi tidak sempat mengabari. Mian ne." Lagi,
Sungmin kembali mencetak semburat merah samar di pipi putih Eunwook.
Eunwook memukul pelan lengan Sungmin, "Bermaksud
mengejutkanku, eoh?" Tebak Eunwook, Sungmin hanya menggeleng dengan
senyumnya kemudian kembali memeluk Eunwook lebih dalam. Eunwook hanya tersenyum
maklum sambil menikmati betapa hangatnya pelukan yang sangat ia rindukan ini.
Mereka terdiam, menikmati setiap detik kehangatan yang tersampaikan melalui
sebuah pelukan sederhana namun begitu memabukkan.
"Eunwook-ah aku ingin bertanya sesuatu." Bisik
Sungmin yakin. Masih dalam posisi yang sama.
"Mwo?"
"Apa kau mencintaiku?" Tanya Sungmin, sedari dulu
dia selalu mengkhawatirkan hubungan mereka. Karena terlalu banyak waktu yang
menjadi batas pertemuan mereka. Sungmin bukanlah orang seperti kebanyakan,
semua orang tentu mengetahuinya sebagai salah satu personel Super Junior yang
penuh kesibukan disana sini. Tentu itu membuat Sungmin berfikir lebih mengenai
hubungannya dan Eunwook, jarang terjadi pertemuan, berkencanpun hanya beberapa
kali. Sungmin hanya takut jika Eunwooknya akan bosan dengan hubungan yang
seperti ini.
"Kenapa bertanya seperti itu? Tentu aku mencintaimu,
apa yang kau ragukan?" Tak ada kalimat lain yang tersampaikan. Karena dalam
kenyataannya mereka saling mencintai dan cinta itu semakin kuat meski tak ada
kencan, pertemuan, dan sedikit komunikasi. Tetapi hati mereka tetap sama
sebagaimana awal cinta itu terjalin.
"Aku, aku hanya takut kau akan bosan padaku."
Balas Sungmin masih di posisi mereka sebelumnya. Menyalurkan kehangatan lewat
pelukan.
Eunwook tertegun, dia menggeleng lemah kemudian melepaskan
pelukan itu dengan perlahan. Hatinya miris mendengar pernyataan Sungmin
barusan.
Kini mereka saling bertatap penuh keyakinan, degup jantung
yang tak beraturan. Juga rona pada pipi Eunwook karena jarak wajah mereka yang
begitu dekat.
Sungmin menangkup pipi Eunwook dan menangkup lembut pipi Eunwook yang memerah.
"Kau tidak bisa membalas ucapanku?" Eunwook
tersenyum manis, lalu menggenggam pergelangan tangan Sungmin dan mengajaknya
masuk ke dalam apartemen miliknya yang sepi.
Eunwook memutar badannya menghadap Sungmin begitu mereka
sudah dalam ruangan di depan televisi apartemen Eunwook.
"Aku punya banyak sekali jawaban. Pertama, aku tidak
akan bosan sekalipun kau tidak pernah mengajakku berkencan. Kedua, aku itu
mencintaimu. Aku akan menghadapi semua dengan hatiku, melihat sesuatu dengan
berfikir positif. Kesibukanmu bisa kumaklumi kok. Dan yang ketiga, aku bersedia
tidak kau kencani selama kau masih bisa menggenggamku seperti ini."
Eunwook menautkan jemarinya pada sela-sela jemari Sungmin. Dan dengan senang
hati Sungmin menerimanya. Sungmin mengerti dan tak seharusnya berfikir buruk
mengenai masalah dalam hubungannya yang jelas-jelas itu hanya kesalah pahaman
belaka yang ia buat sendiri.
"Gomawo Eunwook-ah. Mianhae aku telah berfikir lain
tentang perasaanmu. Tapi sekarang aku mengerti, kau dan aku akan selalu bersama
meskipun waktu tidak memberi waktu pada kita untuk bersama." Mereka
tersenyum, senyum yang begitu menenangkan bagi siapapun yang melihatnya.
.......
Sekarang 2 insan tersebut sedang bercengkrama menikmati
langit pagi yang jernih di balkon apartemen Eunwook. Keduanya tak bersuara,
hanya menatap lurus bentangan langit yang mempesona pagi itu. Sungmin yang
tidak terlalu menyukai suasana sedikit ehhmm canggung seperti ini mencoba
membuat topik pembicaran.
"Sudah lama sekali kita tidak duduk berdua. Aku
benar-benar menikmati untuk kali ini." Sungmin tertawa hambar,
"Ne, begitupun denganku oppa. Aku sampai lupa kapan
terakhir kita bisa bersama." Dipegangnya erat jemarinya yang kurus,
mencoba menahan suatu gejolak aneh yang memberontak dalam hatinya. Semua begitu
terasa.
Sungmin tertohok. Apa ini sebuah sindiran untuknya? Tapi
tidak, Eunwook sudah bilang jika ia tidak harus khawatir akan apapun yang ia
takutkan.
Sungmin melirik Eunwook, betapa ia merasa bersalah pada
yeoja yang selalu menampakkan kepribadiannya yang kuat ini. Perlahan Sungmin
menarik Eunwook agar terduduk dipangkuannya kemudian membiarkan Eunwook
bersandar didadanya yang menyembunyikan debaran jantung begitu keras, dapat
dirasakan oleh Eunwook jika sekarang Sungmin tengah memeluk perut ratanya
dengan sangat posesif. Apa ia takut kehilangan?
Eunwook terlonjak dan mencoba protes, namun hatinya berkata
lain. Hatinya sangat menyukai diperlakukan seperti ini.
"Sssstt, jangan menyuruhku untuk melepaskan."
Eunwook mengangguk sebagai jawaban. Entah Sungmin melihat atau tidak, "Mianhae, saranghae."
"Nado saranghae, oppa."
Sungmin mengeratkan pelukan pada perut yeojanya, pipinya
terus bergerak sehingga bergesekan dengan punggung Eunwook. Ingin sekali
Eunwook menertawakan kekasih manjanya ini. Sesekali ia mengusap lembut tangan
Sungmin yang melingkari perutnya sambil memejamkan mata. Menikmatinya, eh?
"Eunwook-ah." Panggil Sungmin.
"Hmm."
"Ayo kita menikah." Sontak Eunwook membelalakan
matanya yang semula terpejam nyaman. Ini sebuah pernyataan yang ia tunggu dari
mulut Sungmin. Benar, ia tidak mau munafik. Secepat mungkin ia ingin Sungmin
menjadikannya miliknya seutuhnya.
Mata Eunwook berkaca-kaca, semoga Sungmin tidak main-main.
"Bagaimana?" Sungmin terus menagih jawaban dari
Eunwook, dirinya tidak tahu jika seorang dalam pangkuannya sedang menangis
bahagia.
Mendengar isakan halus dari Eunwook, Sungmin tersadar,
mungkinkah ucapannya salah? Begitu yang terfikirkan oleh Sungmin.
"Apa aku salah bicara? Tapi jujur saja aku tidak
main-main dengan pernyataanku tadi. Mungkin ini bisa disebut sebagai 'melamar'
jadi mian andai yang kulakukan jauh dari kata romantis, aku tidak bisa
melakukannya. Hanya ini Eunwook-ah. Would you marry me?" Dalam hati,
Sungmin merutuki dirinya. Dia ingin mati saja andai Eunwook menolak lamarannya.
Hubungan yang terjalin selama 4 tahun ini tidak memungkinkan Sungmin untuk
menerima jawaban penolakan. Apalagi Eunwook sedari tadi menangis dan tak
kunjung menjawab.
Kedua tangan Sungmin ia pakai untuk mengangkat tubuh Eunwook
agar berdiri, kemudian is turut berdiri dan menghadapkan diri di depan Eunwook.
Betapa terkejutnya melihat pipi lembab Eunwook dan bibir merahnya yang semakin
merah. Sungmin yakin, Eunwook terus menggigiti bibirnya sedari tadi.
"Uljima, kau tidak harus menerimaku jika kau memang
tidak bisa. Tapi..." Sungmin menjeda sebentar kalimatnya "Jangan
menyuruhku untuk berhenti mencintaimu.." Kalimat Sungmin melirih di akhir
kalimat, sesak. Begitu sesak mengatakannya.
Eunwook menggeleng kemudian menaruh sepasang lengannya di
leher Sungmin.
"A-aku memang tidak bisa.."
DEG..
Hampir saja Sungmin jatuh saat itu juga.
"Aku memang tidak bisa untuk menolakmu." Sambung
Eunwook. Bibirnya mengembang selebar mungkin melihat ekspresi lucu Sungmin
menurutnya.
"Jinjja..? Kau menerimaku?" Agaknya Sungmin masih
belum yakin.
"Ne ne. Aku Shim Eunwook merima lamaran Lee Sungmin.
Namja yang paling aku cintai meski dia sangat jarang mengajakku kencan."
Eunwook terkekeh dan dihadiahi pelukan tiba-tiba dari Sungmin.
"Menyebalkan. Kau hampir saja membuatku mati berdiri
karena ucapanmu sebelumnya." Sungmin menghela nafas lega "Tapi tak
apa, Gomawo ne. Jeongmal gomawoyo, aku berjanji tidak akan membuatmu menyesal
hidup denganku." Tuturnya penuh percaya diri. Sedangkan Eunwook mencoba
melepas pelukan meski hatinya sangat-sangat tidak rela.
"Cheonmaneyo, nae prince. Akan ku pegang janjimu."
Ucapnya tersenyum memperlihatkan sedikit deretan gigi putihnya yang rapi.
Sungmin hanya membalas dengan senyum pula.
Hampir saja lupa (authornya yg lupa), Sungmin merogoh saku
sebelah kiri celananya. Mengeluarkan sebuah benda berukuran kecil berbentuk
hati. Eunwook menangis lagi melihat benda dalam genggaman Sungmin. Bukan, bukan
tangisan penderitaan. Melainkan tangis bahagia yang meluap luap, sehingga
membuat Eunwook bingung untuk mengungkapkan dengan cara apa. Hanya menangis
yang ia bisa.
"Ku mohon pakai ini ne. Aku ingin semua orang tahu
bahwa kau sudah ada yang memiliki. Kau milikku." Suara yang terdengar
tegas dan serius itu tidak membuat Eunwook untuk menolak. Dia hanya tersenyum
ketika Sungmin mulai memasangkan cincin berlapis emas putih dengan berlian
kecil namun mewah di salah satu jemarinya. Sama halnya dengan Eunwook, di
jemari Sungmin kini juga terpasang cincin seperti milik Eunwook, hanya
berliannya tidak begitu terlihat.
"Kau suka?" Tanya Sungmin.
"Sangat, ini indah. Gomawo oppa." Eunwook
menghapus kasar air matanya lalu memeluk Sungmin. Entah sudah keberapa kalinya
mereka berpelukan.
Sungmin mengangkat wajah Eunwook, menyelami ke dalam mata
bulat Eunwook yang mengkilat seperti berlian. Perlahan wajahnya mendekat dan
semakin mengunci penglihatan Eunwook dari objek lain kecuali dirinya.
Menyadari gerak gerik Sungmin, Eunwook memejamkan matanya
dengan wajah memerah penuh. Dan tak lama setelah itu, benda kenyal menempel
pada bibirnya. Lumatan kecilpun mulai terasa, memacu debar jantung Eunwook.
Mereka larut dalam ciuman itu, burung-burung bersuara seolah bersorak senang
melihat pasangan dalam lingkar kebahagiaan ini.
......
"Pernikahan aktor ternama Lee Sungmin personel Super
Junior ini berjalan begitu mewah, dengan nuansa putih pink yang menawan. Dan
terlihat sang mempelai wanita Shim Eunwook yang begitu anggun dengan gaun soft
pink sangat cocok jika bersanding dengan Lee Sungmin." Beberapa acara
televisi Korea meliput peristiwa sakral tersebut untuk mereka abadikan.
Terlihat seluruh member Super Junior datang dengan kekasih mereka, dan beberapa
ELF yang beruntung bisa menghadari pernikahan Sungmin.
"Saranghae Shim Eunwook."
"Nado saranghae, Lee Sungmin."
CHU~
END